miamijaialai.org

miamijaialai.org – Dalam upaya untuk melindungi industri otomotif domestik dan mengurangi defisit perdagangan yang besar dengan China, Turki telah memberlakukan tarif bea masuk tambahan sebesar 40% terhadap produk-produk mobil impor asal China. Menurut laporan Carscoops, kebijakan ini diambil oleh Kementerian Perdagangan Turki sebagai langkah strategis untuk menjaga keseimbangan perdagangan negara.

Pada tahun 2023, defisit perdagangan Turki dengan China tercatat mencapai USD 45,2 miliar. Dalam konteks global, kebijakan ini mirip dengan langkah yang diambil oleh Amerika Serikat di bawah administrasi Presiden Joe Biden, yang telah meningkatkan tarif impor untuk mobil-mobil dari China dari 25% menjadi 100%.

Mulai 7 Juli 2024, setiap mobil impor dari China akan dikenakan tarif minimum sebesar USD 7.000 atau 40% dari nilai mobil tersebut, mana yang lebih tinggi. Kebijakan tahun sebelumnya hanya menyasar kendaraan listrik, namun kini diperluas untuk mencakup kendaraan bermesin konvensional dan hybrid.

Dampak Kebijakan Terhadap Industri Otomotif China dan Turki

Langkah ini diharapkan akan menjadi pukulan bagi industri mobil China yang tengah ekspansif, sementara di sisi lain, Turki sedang giat membangun industri otomotif lokal. Salah satu inisiatif besar yang dicanangkan oleh Presiden Turki, Recep Tayyip Erdoğan, adalah pengembangan mobil listrik nasional, yang telah membuahkan hasil dengan diluncurkannya TOGG T10X pada akhir tahun 2023 sebagai produk mobil listrik domestik pertama Turki.

Kebijakan tarif baru ini diharapkan dapat memberikan ruang lebih bagi pengembangan industri otomotif di dalam negeri dan mengurangi ketergantungan Turki terhadap impor kendaraan, sekaligus memperkuat posisi negara dalam negosiasi perdagangan internasional.